DEPOSTBALI,- Nyawamu ada di tangan si mbah, kalau kamu menuruti kata-kata saya, kamu akan selamat dan saya kasih tau sumber masalahnya. Kamu percaya sama saya kan""
“Tolong opo?” tanya Sri dengan penuh keraguan. Ia masih ingat bagaimana ia melakukan kesalahan fatal itu.
“Obongen paying pendusan iku gawe aku (Bakar payung orang meninggal itu, untuk saya)."
Dela melangkah pergi, ia memberikan tatapan terakhir kepada Sri. Seakan yakin, Sri akan melakukannya.
Malam pun semakin larut. Sri melihat sebuah mobil datang. Mobil sugik, ucap Sri mengawasi dari jendela. Mbah Tamin dan Dini melangkah masuk ke dalam mobil, mereka pergi dari kediaman ini.
Sri hanya membatn, kemana mereka akan pergi, dan kenapa ia tidak diajak pergi. Semua ini tiba-tiba mengingatkannya pada pesan Dela, nyawanya ada ditangan si mbah.
Meski ragu, Sri membuka pintu, melihat Dela tersenyum sambil berdiri di depan kamar seakan sudah menunggunya. Sri dan Dela menyusuri rumah. Ia pergi ke dapur mencari korek dan minyak tanah. Kemudian mulai berjalan ditengah kegelapan malam.
Baca juga: Resep Nougat Marshmallow Perpaduan Rasa yang Pas
Bulan sedang tidak menampakan diri. Sri berdiri di sudut sebuah pagar. Di sana, ada sebuah payung kecil berwarna hijau. “Payung penduso” ucap Sri.
“Bakar labeh payung oko, nok pitu payung nang lemah iki, percoyo ambek aku (Bakar semua opayung ini, percaya sama saya)." Sri akhirnya menyiram payung itu, membakarnya. Setiap kobaran api yang menyala-nyala, Dela tertawa melihatnya, ia seperti menari-nari.
Sri seperti ikut dalam setiap bisikan Dela ketika ia menunjuk dimana saja payung itu disembunyikan. Setiap satu payung terbakar, Dela menari-nari, merentangkan tangan, tertawa sangat senang sampai Sri menatap payung terakhir.
Payung itu terletak tepat di depan lukisan itu. Sri berhenti, ia melihat lagi lukisan itu, memperhatikan setiap detail siapa yang dilukis dalam balutan palet warna yang seakan familiar di mata Sri. Apa maksud lukisan itu, seakan ia mengenal siapa yang ada di dalam lukisan.
Hingga Sri baru memahami sesuatu. Namun, Dela tiba-tiba saja berbisik. “Kok Ragu sri?”
Dela melihat Sri, mengawasinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tatapannya, membuat Sri merinding. Ia masih tersenyum, memaksa Sri melakukannya.
“Wes sadar yo, sopo aku (Sudah sadar ya, siapa saya)."
Sri mundur. Namun Dela terus mendekatinya. Sri langsung berlari, sementara Dela hanya melihat begitu saja. Ia tidak tahu apa-apa. Tidak sampai ia yakin sekarang, ia mengerti semuanya. Kenapa ia bisa sampai ada disini, siapa Sengartutih dan Banarogo yang sebenarnya. Dan tempat ini, semuanya adalah...* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Poison Ivy Tanaman Berbahaya yang Harus Dihindari