DEPOSTBALI,- Dan tempat ini, semuanya adalah.
Sri tersandung dan jatuh lalu merangkak lantas kemudian bersembunyi. Dela baru saja datang, suara langkah kakinya, bayangannya ketika melewatinya, seakan membuat Sri hampir kehilangan akalnya. Sri terus diam, Dela tidak tahu dimana ia berada.
Sebelum akhirnya, “SRI”. Dela menarik rambut Sri, mencengkramnya. Sri melawan namun ia tidak bisa menghadapi bala kekuatan yang entah darimana datangnya. Dela seperti orang kesurupan, caranya menghantam wajah Sri dengan telapak tangannya, membuat wajah Sri babak belur. Bahkan, ia menginjak wajah Sri dengan kakinya.
Dela terus berteriak meminta Sri menyelesaikan tugasnya. Ia harus menyelesaikannya, tidak boleh tidak di sini. Sri menyadari sesuatu, lagi..
Sewu dino sudah semakin dekat.
Artinya, tidak ada kesempatan lagi untuk membuang-buang waktu. Sampai akhirnya terdengar suara mobil datang. Dela dan Sri terdiam. Manakala ada seseorang datang mendekat.
Langkahnya pelan menyusuri ruangan. Kemudian menampakan dirinya di depan Sri dan Dela. Mbah Krasa melihat Sri, tatapannya kecewa. Lalu ia mendelik melihat Dela, yang entah bagaimana, langsung duduk bersimpuh di depan mbah Krasa.
Baca juga: Resep Kue Jaring Laba-laba Jajanan Pasar
Ia membelai rambut Dela, seakan dia adalah binatang peliharaannya, "Wes ngerti yo nduk awakmu (Rupanya kamu sudah mengerti ya)."
“Terno Sri nang kamare (Antarkan Sri ke kamarnya)," kata Mbah Krasa, orang yang berdiri di belakangnya sambil membawa Sri.
Ia hanya bisa melihat, Mbah Krasa yang masih menatapnya, Dela hanya melirik Sri dengan tatapan penuh ancaman, seakan ia belum selesai dengan semuanya.
Seseorang mengetuk pintu kamar, lalu membukanya. Sri melihat wanita tua anggun itu, tidak ada segan lagi untuknya. Sri justru merasa kesal setiap melihat tatapan matanya yang terbungkus kaca mata tebal mengerikan itu.
“Sri, bantu mbah nggih (Sri, tolong bantu saya)."
“Jumat kliwon, guk lahir e Dela ta mbah. Tapi weton lahire sing nyantet putune njenengan, opo aku salah mbah (Jumat kliwon bukanlah hari lahir Dela, tetapi lahir dari orang yang menyantet cucu anda, apa saya salah mbah)?"
Mbah Krasa mengangguk, ia mengakuinya, “Mjenengan pingin tiange sedo, nelalon kulo ambek dini (Anda ingin mengakhiri nyawa dia melalui saya dan Dini)."
Mbah Krasa mengangguk lagi.
Sri tidak tahu harus bilang apalagi, namun kemudian sebelum tangisannya meledak, Mbah Krasa membisikkan sesuatu, “tolong”, lalu pergi.* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Mitos Tumbal Dampak dari Pesugihan