DEPOSTBALI,- Setelah percakapan itu, Mbah Tamin masuk ke dalam kamar, mengunci pintunya dan membiarkan semua kejadian itu meluap begitu saja. Banyak pertanyaan yang masih menggantung di pikiran Sri dan Erna.
Pagi itu, di sekitar pondok ada kabut tebal menutupi seluk beluk hutan, membuat pandangan mata terbatas, sejak fajar menyingsing. Sri dan Dini sudah ada di sumur, mencuci pakaian untuk keseharian mereka, sedangkan Erna sedang membasuh Dela di dalam kamar.
Hingga akhirnya terdengar langkah kaki. Sri yang pertama mendengarnya. Ia berdiri untuk melihat, dari jauh muncul sosok hitam dari balik kabut dengan perawakannnya yang familiar. Demah pondok rumah ini memang sederhana, dari teras maupun kamar mandi, bisa melihat keseluruhan area sekitar hingga sosok itu mendekat dan semakin jelas.
Semakin dekat sosok itu, Sri semakin yakin. Dan benar saja, ia mematung sesaat sebelum akhirnya Dini ikut berdiri dan melihat apa yang membuat Sri tampak tercekat dalam ekspresi wajahnya ketika ia melihat Mbah Tamin mendekat dengan wajah yang letih.
Ketika Mbah Tamin berdiri di depan Sri, ia bertanya. Apakah petuah beliau sudah dijalankan. Sri hanya dia,, bibirnya gemetar dan Dini lah yang berinisiatif mengambil situasi, ia mengucap dengan lirih.
Baca juga: PT Surya Motor Shelmindo Mengeluarkan Helm Fullface NJS ZXIR
“mbah, sampeyan membengi mboten mantok ta” (mbah, bukannya semalam, anda pulang?). mbah Tamin yang mendengar itu tiba-tiba mengejang, otot wajahnya mengeras. Lagsung menatap Sro deham ekspresi tidak percaya, terlihat ada amarah di tatapannya.
“awakmu gak wes tak kandani ta, ojok MBUKAK LAWANG!” (bukannya kamu sudah sayang kasih tau, jangan buka pintunya!). Terjadi ketegangan di situasi ini. hingga tiba-tiba mbah Tamin mencengkram leher Sri, dini yang melihat itu, panik.
“SOPO SING MOK OLEHI MELBU OMAH, NANG NDI MAKHLUK IKU!!” (SIAPA YANG KAMU IZINKAN MASUK, DIMANA SEKARANG DIA BERADA).
Dini coba menahan mbah Tamin, Sri hanya membuang muka, ia gemetar ketakutan. “nang kamar njengengan mbah, tiange mbelet mriku” (di kamar anda mbah, dia masuk kesitu) ucap Dini, mbah Tamin sempat melirik Dini dengan wajah marah sebelum akhirnya bergegas masuk ke rumah dengan berlarian seakan ingin segera melihatnya.
Sri dan Dini ikut mengejar, mereka sempat melihat Erna yang terdiam mematung seakan kaget melihat Mbah Tamin muncul dari luar rumah, padahal ia tahu betul, si Mbah belum keluar dari kamarnya sejak semalam masuk kesana.
Tepat letola mereka samai disana, mereka melihatnya. Seorang mengobrak-abrik kamar mbah Tamin, semia barang mbah Tamin berantakan. Namun yang membuat semua orang tercengang adalah, di atas ranjang tempat tidurnya, ada nisan dari kayu yang tertulis nama “atmojo”.
Nama keluarga tempat mereka mengabdikan diri. Krasa Atmojo cukup lama bagi mbah Tamin, memeriksa benda itu. Tanpa melihat Sri dan Dini, sim bah berucap “opo sing di lakoni nang kene mambegngi ndok” (apa yang dia lakukan disini semalam).
Lantas, apa yang akan terjadi selanjutnya?