DEPOSTBALI,- “Lapo koen” (ngapain kamu)?” Sri terdiam. “Gak popo, aku di kongkon sim bah, mberseni kamare mambengi (gak apa-apa, si mbah nyuruh saya beresin kamarnya semalam).”
Meski curiga, Erna dan Dini menerima alasan Sri. Ia melewatinya begitu saja. Namun perasaan Sri pagi itu, sudah porak poranda dengan pemikiran-pemikiran gilanya.
Sejak hari itu, setiap kali berpapasan dengan si Mbah, Sri seperti terguncang. Ia tidak bisa menutupi ketakutannya. Namun, dari cara melihat si mbah tampaknya beliau tahu sesuatu dan itu yang membuat Sri tidak tenang.
Ia seringkali merasa mbah Tamin memperhatikan gerak-geriknya. Tapi, malam itu Sugik, sopir yang mengantar mereka datang. Ia berbicara empat mata dengan mbah Tamin. Seakan ada sesuatu yang mendesak. Wajah mbah Tamin berubah mengeras. Sri begitu penasaran, namun kali ini ia menahan diri.
Hingga akhirnya, pembicaraan itu selesai. Si mbah mendekat. “Aku bakal melok Sugik nang kediamane Krasa, tolong jogo omah iki, iling omonganku, yo ndok, mbah percoyo ambek awakmu, tetep lakonono tugasmu, iling yo, paling emben sim bah kaet muleh (saya akan pergi ke kediaman Krasa, tolong jaga tempat ini, ingat ucapanku, lusa mungkin baru pulang).”
Baca juga: Akibat Cedera Membuat Zachriah Josianho dan Hediana Julimarbela Terpaksa Mengundurkan Diri
Sri mengangguk lalu memanggil yang lainnya. Mereka semua menatap satu sama lain. Ada keraguan di mata mereka bila mengingat kejadian sebelumnya. Namun, tidak ada yang memprotes ucapan si mbah. Karena takut, beliau akan marah lagi seperti sebelumnya.
Malam itu, ketika mbah Tamin sudah pergi. Sri merasa ia harus memeriksa kamar beliau lagi. Ia tahu, masih ada yang harus ia cari tahu. Termasuk teka-teki apa yang terjadi sebenarnya terjadi. Mungkinkah keluarga Krasa tidak tahu menahu perbuatan orang tua ini, Sri menunggu waktu yang tepat.
Sri menunggu Erna dan Dini terlelap. Maka manakala ia yakin, 2 temannya sudah tertidur, ia akan melangkah keluar dari ranjangnya. Ia melangkah menuju kamar mbah Tamin yang hanya terpisah sekat antara kamar Dela memang tanpa pintu itu.
Sejenak, Sri menguatkan diri lalu masuk. Ia membuka pintu, membiarkan tetap terbuka. Sementara ia mulai mencari dimana ia terakhir kali memeriksa benda keramat itu. Anehnya, ia tidak menemukannya, dicari dimanapun, Sri tidak menemukannya. Apakah si Mbah membawanya? Sri terdiam, berpikir hingga sesuatu melintas.
Sesuatu seperti baru saja melintas di belakangnya, melewati kamar mbah Tamin. Sri melangkah memastikannya, ia tidak tahu menahu apa itu Tiba-tiba, mata Sri tertuju pada isi dari ranjang mbah Tamin. Ia menduga itu ada disana. Maka, Sri mulai perlahan membukanya.
Sri membuka semuanya. Namun, lagi-lagi ia tidak menemukan benda itu juga disana. Manakala, Sri masih berusaha mencari, terdengar suara pintu di tutup dari belakang. Sri diam sejenak sebelum berbalik melihatnya.
Sri terdiam, melihat Dela menatapnya dengan senyuman menyeringai.* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Sinopsis Perfect Strangers Versi Indonesia yang Diadaptasi di 23 Negara