Sewu Dino Bagian 11: Ribuan Makhluk Aneh yang Berkepung

Horror —Jumat, 28 Oct 2022 15:08
    Bagikan  
Sewu Dino Bagian 11: Ribuan Makhluk Aneh yang Berkepung
Sewu Dino bagian 11.* (FOTO: Ilustrasi Pinterest)

DEPOSTBALI,- Ia melihat Dela memejamkan matanya. “Sri, Erna melok aku (kalian ikut saya),” kata Mbah Tamin memanggil mereka, sementara Dini tetap di kamarnya. Hanya dia yang belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Mbah Tamin duduk di teras rumah.  Kegelapan hutan benar-benar mencekam kala itu. Sri dan Erna berdiri menunggu sebelum mbah Tamin menunjuk sesuatu di pepohonan. “Awakmu iso ndelok ikuh (kalian bisa melihatnua).”

“Nopo to mnah (apa ya mbah)?” tanya Sri kebingungan. “Mrene (kesini),” Mbah Tamin menempelkan jarinya menekan mata Sri.  Sengatan ketika mbah Tamin menekan mata Sri membuat pengelihatan memudar perlahan. Setelah mencoba memfokuskan matanya kembali,  Sri melihat lagi apa yang ditunjuk mbah Tamin.

Seperti petir di siang bolong, Sri melihat banyak sekali makhluk yang tidak bisa digambarkan lagi kengeriannya. Bisa ada ratusan atau bahkan ribuan yang sedang mengepung rumah itu. Butuh waktu lama, hingga akhirnya Sri tidak sanggup lagi melihatnya.

Mbah Tamin akhirnya menutup kembali penglihatan itu, mencabut sesuatu dari ubun-ubun Sri. Dengan mata menerangan, ia mengatakan kepada Sri. “Sedo bengi mangkuk nang rongo iku ngunu undangan gawe lelembut (raga yang dibuat mati adalah sebuah undangan bagi makhluk seperti mereka),” kata Mbah Tamin.

Baca juga: Kenali Penyebab Timbulnya Bruntusan Pada Wajah Remaja

 “Awakmu lali, perintahku Sri, iku ngunug bahaya, isok mateni Dela, ojo sampe lali meneh yo Sri (kamu lupa dengan perintahku, itu sangat berbahaya, bisa membunuh Dela, jangan diulangi ya).”

Erna yang sedari tadi dian saja akhirnya ikut berbicara. “Mbah enten nopo sami Dela, kok iso Dela kate mateni kulo kabeh Sri (Mbah tolong kasih tahu, apa yang terjadi sama Dela, kok bisa-bisanya dia mau bunuh saya dan Sri).”

Mbah Tamin duduk lagi lalu mengatakan, “Berarti wes ndelok (berarti kamu sudah lihat).”

“Iku ngunu Cayajati, sing kepingin mateni Dela, tapir a isok, mergane Cayajati butuh singgarahane, koyok sak bojo, santet sewu dino, mek di nduwei wong pados podo siap mati.  (itu adalah cayajati yang ingin membunuh Dela tapi tidak bisa karena ini butuh Singgarahane seperti sepasang suami isteri.  Santet seribu hari, hanya dimiliki oleh yang siap menanggung dosa dan siap mati bersama).”

Sri dan Erna masih terlihat bingung, ia tidak mengerti.

Mbah Tamin menerawang jauh, menayap sisi hutan tergelap yang Sri saksikan dengan mata kepala sendiri.  Bahwa sebenarnya mereka tidak benar-benar sendiri di hutan ini.  Dengan suara berat, mbah Tamin mengatakannya, “Terlalu awam, kango ngerti iki (terlalu awam untuk mengerti ini).”

“Intine, ilmu santet sewu dino, iku pembuka ritual kanggo mateni sak keluarga sampe sakabehe keturuna iku entek (intinya, ilmu santet seribu hari adalah pembuka ritual, untuk menghabisi satu garis keluarga sampai habis keseluruhannya).”

Setelah percakapan itu, Mbah Tamin masuk ke dalam kamar, mengunci pintunya dan membiarkan semua kejadian itu meluap begitu saja. Banyak pertanyaan yang masih menggantung di pikiran Sri dan  Erna.* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Simak Asal-usul Tahlilan

Editor: Laila
    Bagikan  

Berita Terkait