DEPOSTBALI,- Sri mencari bebatuan untuk membongkar kuburan itu, ia merasa ada yang salah dengan kuburan ini, termasuk ukurannya yang tidak terlalu besar. Benar saja, apa yang Sri lakukan tidak sia-sia. Ia sampai di sebuah kotak kayu yang terbuat dari jati. Sri mengeluarkannya , membongkar penutup kotaknya. Disana, ia menemukan sebuah boneka pasak jagor seperti yang pernah Sri lihat. Hanya saja, boneka ini dililit rambuthitam.
Sri memeriksanya, rambut hitam itu panjang, melilit boneka. Tepat ketika akan membukanya, tiba-tiba terdengar suara cekikikan yang membuat Sri terdiam sejenak, memperhatikan sekitar. Tidak ada siapapun di sana detik itu juga. Sri meninggalkan tempat itu dan membawa benda itu. Ia menyembunyikan benda itu di lemarinya lalu melanjutkan tugasnya di hari itu.
Erna dan Dini tidak merasa curiga, karena ia melihat Sri keluar dari kamar. Mereka membersihkan sekitaran rumah, menyelesaikan tugas mereka sebelum malam datang.
Mbah Tamin belum akan pulang hari ini. Malam sudah datang, Sri ada di dapur. Ia baru saja melihat Dini mengambil air. Malam ini, tugasnya membasuh Dela di kamar, sedangkan Sri memasak untuk esok hari.
Erna ada di dalam kamar, sendirian. Ketika tugas Sri selesai, ia berniat pergi ke kamar, firasatnya tiba-tiba memburuk. Saat ia menuju kamar, Sri berhenti sejenak dan meihat Dini membilas Dela. Ia melihatnya membilas tubuh anak malang itu dengan telaten. Kemudian, ia lanjut ke kamarnya. Di sana, Sri tercekat melihat Erna memegang boneka itu, tangannya tengah melepas rambut hitam itu.
Baca juga: Manfaat Pisang yang Baik untuk Kesehatan Tubuh
Saat Erna sudah melepaskan rambut yang meliit boneka, tiba-tiba terdengar suara Dini berteriak yang spontan mengejutkan Sri dan Erna. Mereka segera melihat apa yang terjadi.
Belum sampai kamar Dela, tiba-tiba sesosok merangkak keluar, menatap Sri dengan senyuman yang menyeringai. Dela, pekik Sri dan Erna berbarengan.
Sosok Dela melihat mereka sejenak, sebelum akhirnya memuntahkan sesuatu di depan Sri dan Erna. “Telinga yang terpotong,” kata Sri tidak percaya. Ia melihat Dini menangis di kamar, memegang salah satu daun telinganya, sosok Dela kemudian pergi, keluar.
Sebelum Dela pergi ke luar rumah, Sri sepintas melihat di salah satu kaki Dela, masih ada satu ikatan tali hitam. Apa yang membuat Dela bisa lepas dari ikatan itu?
Dini masih menangis, sementara Erna cuma bisa diam tidak mengerti. Kini, mereka menatap hutan gelap itu dari sana. Mereka harus bertanggung jawab, mencari Dela di tengah hutan ini, atau mbah Tamin akan membunuh mereka bertiga saat ia kembali esok hari.
Sri melangkah masuk ke dalam kamar, dimana ia melihat Dini masih menangis. Menutup salah satu daun telinganya, ia hanya duduk.
“Dini..” tanya Sri, yang hanya dijawab tangisan penuh ketakutan. Sri mendekat melihat lebih jelas apa yang terjadi di sana, ia melihat telinganya. Telinga Dini benar-benar tampak ribek dengan darah segar masih mengalir, Dini kehilangan salah satu daun telinganya.
Ketegangan semakin pecah, manakala Dini tiba-tiba berujar sebuah kalimat. Yang Sri yakini sebuah pesan, “Sewu Dinone cah iki, kari ngitung areng (seribu harinya anak ini hanya tinggal menunggu bara api padam/kiasan hitungan jawa: waktu).”
Lantas, apa yang dimaksud dengan itu?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Mengabadikan Momen di Pura Lempuyang Luhur dengan Latar Belakang Gunung Agung