Kisah Sewu Dino Bagian 3: Pindah Tugas ke Tengah Hutan

Horror —Senin, 10 Oct 2022 15:44
    Bagikan  
Kisah Sewu Dino Bagian 3: Pindah Tugas ke Tengah Hutan
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

DEPOSTBALI,- Sri melirik wanita itu.  Namun ia tetap anggun dengan senyumannya. “700 ewu (700 ribu),” katanya. “Yo opo, nek tak kek sak wulane, 5 yuto (bagaimana bila, setiap bulan, ku kasih kamu 5 juta).” Sri kaget bukan main, saat itu gaji PRT hanya 500 ribu rupiah.

Sri pun setuju. Sri bingung, pekerjaan macam apa yang digaji setinggi itu? Ia pun mulai ragu. Sri akhirnya pulang dan menceritakan hal itu kepada bapaknya.

Namun, bapak mengatakan hal yang sedari tadi dipikirkan oleh Sri. “Firasat bapak kok gak apik yo ndok, opo gak usah budal ae, golek maneh ae (firasat bapak kok buruk ya, apa gak usah aja, cari yang lain).” Namun Sri meyakinkan, bahwa ia harus bekerja. Kapan lagi ia mendapatkan pekerjaan dengan gaji setinggi itu.

Dalam hati kecil Sri, ia ingin melihat terlebih dahulu, pekerjaan apa yang diberikan kepadanya. Keesokan harinya ia pergi ke rumah Mbah Krasa. Di sana, ia melihat Erna dan Dini, mereka semua terkejut.

Seperti sebelumnya, mereka dipanggil satu persatu. Tibalah giliran Sri.  Kali ini ia melihat semua anggota keluarga Mbah Krasa. Ada 7 orang.  Semuanya duduk memandang Sri seperti sebelumnya.  Mengamati Sri dari ujung kepala hingga kaki.

Baca juga: Resep Sop Iga Empuk Dilengkapi Kuah yang Gurih

 “Ngeten mbak, kulo bade tandet, sampean putun, nyambut ten mriki, soale, onok pantangan’e, nak sampeyan purun, pantangane rai so di cabut maneh (begini mbak, saya mau tanya dulu, anda setuju bekerja disini, karena ada larangan keras bila anda sudah menerimanya, larangannya tidak bisa dicabut),” kata seorang wanita yang lebih muda, umurnya sekitar 30 tahunan.

“Larangan nopo nggih mbak? (Larangan seperti apa?),” Sri melihat gelagat aneh.  Mereka saling memandang satu sama lain, seakan pertanyaan Sri tidak perlu mereka jawab.

Mbah Krasa berdiri dari tempatnya. Ia berbisik kepada Sri, “Uripmu bakal dijamin, nek awakmu gelem ndok, tapi awakmu gak gelem, mbah gak mekso (hidupmu akan terjamin bila kamu mau, tapi saya tidak mau memaksa kalau kamu tidak mau).”

Ucapan Mbah Krasa sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sri. “Nggih, kulo purun (iya saya mau),” Sri pun menjawab. Ia melangkah pergi menuju Dini dan Erna. Ternyata, mereka bertiga diterima di sini.

Malam itu, ketika mereka semua sudah datang di rumah ini, Mbah Krasa sudah menunggu bersama anggota keluarga lain. Disini, ia menjelaskan bahwa mereka bertiga akan ditugaskan di sebuah rumah lain.  Rumah yang sangat jauh, jauh sekali. Sebuah rumah yang berada di dalam hutan.

Sri dan yang lainnya kebingungan. Tidak ada penjelasan seperti ini sebelumnya. Namun, mereka sudah berjanji mau menerima pekerjaan ini. Rumah seperti apa yang dimaksud pun Sri tidak mengerti. Ada sebuah mobil yang sudah siap mengatar mereka. Di sana, ada sopir yang akan menjelaskan pekerjaan mereka.

Pekerjaan apakah yang akan dikerjakan oleh Sri juga Dini dan Erna? Dimanakah rumah yang Mbah Krasa maksud?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Bahaya Segitiga Bermuda di Lautan Pasifik

Editor: Laila
    Bagikan  

Berita Terkait