Chefchaouen, Permata Biru di Ujung Afrika (Bagian 2 – tamat)

Wisata —Minggu, 30 Jan 2022 09:49
    Bagikan  
Chefchaouen, Permata Biru di Ujung Afrika (Bagian 2 – tamat)
Chefchaouen, Permata Biru di Ujung Afrika (Bagian 2 – tamat) - sumber foto Diah Suhandi

DEPOSTBALI

Sejarah Panjang Chefchaouen

Didirikan pada tahun 1471 oleh Moulay Ali Ben Moussa. Dahulu, kota ini menjadi tempat pengungsian para pemeluk Islam Andalusia dan orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari Spanyol untuk menghindari pengejaran besar-besaran kaum Muslim dan Yahudi.  Pengejaran itu dilakukan oleh pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang berhasil mengakhiri kejayaan Islam selama 8 abad di Andalusia.

 Tak heran jika kita menemukan mayoritas penduduk Chefchaouen berparas tampan dan cantik, karena kebanyakan mereka adalah percampuran keturunan Spanyol, Arab dan Suku Berber (suku asli Maroko ).

 Saat ini Chefchaouen menjadi salah satu tujuan favorit para pelancong karena di kota ini dapat dilihat perpaduan budaya yang berasal dari suku Berber, Muslim dan Yahudi, bersama dengan keturunan orang-orang buangan Moor dari Spanyol yang tinggal di sana sejak tahun 1400-an.

Icip Sedapnya Kuliner Maroko

Di setiap kota yang kami kunjungi di Maroko, kami selalu disuguhi menu yang sama di setiap sarapan. Yaitu, roti yang dipanggang dalam oven berbahan bakar kayu tradisional dan homemade yoghurt nan lezat. Roti ini memiliki cita rasa yang khas dengan lapisan luar roti yang renyah. Kebanyakan penduduk Maroko selalu menikmati hidangan tersebut untuk mengawali hari mereka. Santapan ini biasanya ditemani beberapa pelengkap seperti B'ssara, sup tradisional khas Maroko yang berbahan dasar kacang fava, atau banyak juga yang menambahkan roti tersebut dengan Topping. Adapun topping yang sering digunakan untuk roti ini adalah madu atau keju kambing.

Baca juga: Chefchaouen, Permata Biru di Ujung Afrika (Bagian 1)

Baca juga: Bahasa Gaul Berbentuk Angka 143 dan 831, Apa Artinya?

Makanan khas Maroko lainnya adalah Tagine : hidangan bergaya Maroko yang dibuat dari ayam, sapi, atau  sayuran yang kaya dengan rempah-rempah dan minyak.  Disajikan dalam wadah tanah liat yang khas dan dimasak secara tradisional. Selain Tagine masih ada makanan khas Maroko lainnya seperti couscous dan makouda yang kesemuanya kaya akan rempah-rempah. 

Setiap hidangan Maroko selalu dilengkapi dengan teh mint yang menyegarkan, teh ini dibuat dari rebusan daun teh hijau dan ditambahkan daun mint segar serta sedikit gula. Teh mint memiliki khasiat untuk menjaga kesehatan dan merupakan bagian penting dari kehidupan penduduk Maroko. Menikmati secangkir teh mint sambil melihat orang berlalu lalang di alun-alun kota menjadi agenda kami setiap sore saat mengunjungi Maroko.

Chefchaouen dan wisata Fotografi

Dari banyak tempat yang sudah saya kunjungi, Chefchaouen adalah tempat yang sempurna tidak hanya untuk menjelajahi suasana kotanya tapi terlebih lagi untuk mengabadikan keunikan sudut-sudut kota ini dalam kamera.

Pesona magis Chefchaouen seringkali menjadi pilihan untuk dijadikan lokasi pemotretan baik untuk kebutuhan komersial ataupun sekedar koleksi pribadi. Sehingga perjalanan panjang untuk menuju kota ini terbayar sudah dengan keramahan penduduk, keunikan dan keindahan kotanya.* -Diah Suhandi

(Penulis, Diah Suhandi, pecinta traveling yang sering melakukan perjalanan luar ataupun dalam negeri.  Penulis juga pemilik dari maliQa Travel Consultant.  Informasi lebih lanjut bisa klik Instagram @dididididoy19)

Baca juga: Chefchaouen, Permata Biru di Ujung Afrika (Bagian 1)

Baca juga: Bahasa Gaul Berbentuk Angka 143 dan 831, Apa Artinya?

 

 

 


Editor: Ajeng
    Bagikan  

Berita Terkait