DEPOSTBALI,- Fenomena kilatan cahaya diduga sempat muncul sebelum gempa dahsyat mengguncang Turki.
Namun fenomena tersebut bukan terkait dengan progam HAARP milik Amerika Serikat.
Di Indonesia fenomena serupa pernah terjadi.
Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,8 mengguncang Turki dan utara Suriah pada Senin, 6 Februari 2023.
Mengutip AFP pada Rabu, 8 Februari 2023, korban tewas akibat gempa di Turki dan Suriah mencapai 7.800 orang.Jumlah korban tewas diprediksi akan terus meningkat.
Gempa dahsyat Turki ini mengakibatkan ribua bangunan roboh termasuk rumah tingal, rumah skait, sekolah hingga fasilitas umum.
Puluhan ribu orang dilaporkan terluka akibat bencana gempa bumi Turki.
Di media sosial, beredar video dengan narasi kejadian pada Senin, 6 Februari 2023 pukul 03.00 pagi sebelum gempa terjadi.
Dalam video yang dilihat AyoBandung, tampak kilatan cahaya di langit.Kilatan cahaya tersebut terjadi selama beberapa saat.
Fenomena tersebut kemudian dihubungkan dengan HAARP.
Baca juga: Keunggulan Fitur Twitter Blue dengan Harga Berikut Ini
Program High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP) diduga menjadi dalang gempa dahsyat di Turki.
Dikutip AyoBandung dari laman University of Alaska Fairbanks, HAARP merupakan pemancar berfrekuensi tinggi (HF) dan berkekuatan tinggi yang paling mumpuni di dunia untuk mempelajari ionosfer dan atmosfer
HAARP diharapkan oleh para ilmuwan dapat mengontrol kapan dan di mana fenomena alam sehingga dampaknya bisa diukur.
Isu fenomena kilatan cahaya sebelum gempa dahsyat di Turki tegas dibantah oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Fenomena pencahayaan tersebut merupakan suatu hal yang lazim.
Daryono menyebut fenomena tersebut merupakan aktivitas gelombang elektomagnetik.
“Jangan kejauhen lah mikir HAARP segala,” katanya di akun Twitter pribadinya @DaryonoBMKG.
Baca juga: Bus Baru Milik Bali United Buatan Karoseri Laksana Ungaran Semarang
Dikutip AyoBandung dari USGS, fenomena seperti kilatan petir, cahaya, pijat yang berkaitan dengan gempa bumi disebut earthquake lights (EQL).EQL tidak menjadi penyebab terjadinya gempa besar.
Berdasar penelitian, EQL terjadi akibat listrik yang melengkung dari kabel listrik yang bergetar.
Daryono kembali menjelaskan bahwa fenomena kilat cahaya sebelum gempa pernah terjadi saat gempa Sumogawe di lereng utara Merbabu pada 2014 lalu. (RA)