DEPOSTBALI-, Untuk pertama kalinya, Coldplay menggelar konser di Indonesia, Tepatnya kemarin pada hari Rabu (15/11/23).
Konser Coldplay yang digelar di stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) itu mulanya mendapat penolakan dari beberapa organisasi masyarakat. Alasan penolakan tersebut dikarenakan Coldplay mendukung pergerakan LGBT.
Lalu apakah benar demikian? Simak ualsannya berikut ini.
Mengamati website SDLGBTN, Coldplay dianggap sebagai band yang mendukung LGBT.
“Yes, Coldplay does support gay prider,” di dalam website tersebut.
Selain memberikan dukungan, ternyata Coldplay menjadi donator dari gerakan LGBT dengan pendapatan hasil konsernya.
"Coldplay juga menjadi pendukung persamaan hak, tanpa memandang orientasi seksual dan mendonasikan hasil konsernya untuk organisasi yang bekerja untuk melawan diskriminasi kaum LGBT," ujarnya melanjutkan. Meski para personil Coldplay belum memberikan tanggapan terkait klaim tersebut, namun ada beberapa bukti bahwa Chris Martin CS sangat menghormati gerakan LGBT, salah satunya ketika mengibarkan bendera pelangi di konsernya.
Baca juga: Inilah 7 Daftar Persiapan Pernikahan yang tidak Boleh Terlewatkan
Chris Martin Bukan Pendukung LGBT
Fakta mengejutkannya Chris Martin tidak mendukung pergerakan LGBT melainkan Chris Martin Idap Syanaesthesia.
Synaesthesia bukanlah penyakit, tetapi kondisi neurologis yang menghasilkan pengalaman sensorik yang tidak biasa. Dalam synaesthesia, stimulasi pada satu indra menghasilkan respons atau pengalaman pada indra lainnya. Dalam kata lain, seseorang dengan synaesthesia dapat mengalami penggabungan atau percampuran indra yang tidak biasa.
Contohnya, seseorang dengan synaesthesia mungkin melihat angka atau huruf dengan warna tertentu. Ini berarti ketika mereka melihat angka 3, mereka mungkin melihatnya sebagai warna hijau, sedangkan angka 5 mungkin mereka lihat sebagai warna merah. Ada juga bentuk synaesthesia lainnya, seperti melihat rasa, mendengar bentuk, atau merasakan aroma saat melihat sesuatu.
Synaesthesia bukanlah gangguan atau penyakit yang memerlukan pengobatan. Secara umum, orang-orang dengan synaesthesia hidup dengan pengalaman ini sepanjang hidup mereka dan mereka menganggapnya sebagai bagian yang unik dari cara mereka berinteraksi dengan dunia. Bagi beberapa orang, synaesthesia bahkan bisa menjadi sumber inspirasi dalam seni, musik, atau penulisan. (siskasptn)
Baca juga: Dorong CSR Perusahaan untuk Dukung Program Prioritas Pembangunan