DEPOSTBALI-, Pasti setiap orang akan merasakan senang dengan wangi pada parfum, mencoba menyemprotkannya ke badan dan berpikir akan dapat pujian karena wanginya, tapi wanginya malah cepat menghilang.
Padahal, tidak jarang parfum yang digunakan bukan parfum murah, sehingga membuat kamu kecewa untuk membelinya lagi.
Terus bagaimana saat ingin membeli parfum? Gimana caranya agar parfum bisa bertahan sepanjang hari?
Simak ini di caranya agar parfum bisa awet seharian :
- Benar dalam menyemprotnya
Perdebatan tentang di maha harus menyemprotnya parfum di badan, dileher, di belakang lutut dan sebagainya telah lama berkecamuk di kalangan pecinta wewangian. Vittoria mengatakan bahwa parfum umumnya bertahan paling lama jika disemprotkan di pakaian atau rambut.
Karena menurutnta kulit akan mengeluarkan minyak dan ketika hal itu terjadi aroma parfum yang disemprotkan juga akan hilang.
Baca juga: 8 Cara Budidaya Lobster Air Tawar yang Benar
- Berapa banyak parfum yang digunakan
Vittoria melarang penggunanya menyemprotkan banyak parfum di pagi hari, dengan harapan dapat bertahan lama, sebaliknya dia menyarankan untuk menyemproykan kembali beberapa jam sekali jika diperlukan.
- Perbedaan masing masing tubuh
Penting untuk diingat bahwa, sepertinya halnya kecantikan, wewangian sangatlah bersifat pribadi dan bervariasi dari tubuh ke tubuh, usia ke usia, dan bahkan musim ke musim
Jika di musim panas tubuh akan melakukan hal yang berbeda dan kelenjar keringat akan berperilaku berbeda. Jika kamu adalah seseorang yang terus menerus berkeringat,hal ini mungkin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahanlan wewangian atau bertahan di kulit.
- Bahan bahan yang digunakan
Pernah kamu berpikir bahwa beberapa aroma bertahan lebih lama di bandingkan yang lain. Menurut vittoria ada beberapa bahan yang memang cenderung lebih tahan lama wanginya di bandingkan dengan yang lainnya.
Misalnya wewangian bumbu cenderung bertahan lebih lama dibandingkan wangi yang lebih ringan. (wdyqrrtlan)
Baca juga: Lirik Lagu Plonga Plongo Ahmad Dhani dan David Bayu, “Seperti Sapi di Padang Rumput”