DEPOSTBALI,- Salah satu serial unggulan Netflix, “Emily in Paris”, berhasil menarik hati penggemar. Kisahnya ringan, tidak berbelit-belit dan mendekati realita hidup kebanyakan pekerja. “Emily in Paris” telah hadir dalam 2 seasons, dan sedang proses untuk pembuatan yang ketiga.
Lily Collins berhasil memerankan Emily dengan apik. Para penonton pun terbuai dalam alur cerita dengan kepiawaiannya membawakan sosok Emily. Sosok pekerja keras, tidak mudah menyerah, pemberani dan supel. Siapa yang sudah menyaksikannya? Jika belum, bisa binge watch di Netflix untuk season 1 dan 2. Berikut ini resensi kisahnya.
Awal kisah
Emily berasal dari Chicago. Ia pindah ke Paris karena pekerjaannya. Emily bekerja di sebuah perusahaan pemasaran terkemuka di Amerika yang memiliki banyak anak cabang sebagai Marketing Executive.
Perbedaan budaya kerja antara Perancis dan Amerika terlihat jelas. Emily harus menyesuaikan diri di Paris dengan perbedaan tersebut. Saat yang sama, Emily juga harus berusaha mengembangkan karir, menjaga pertemanan dan kisah cintanya.
Baca juga: Terjadi di Tahun 2008, “Kisah Pocong Ririn” Bagian 3
Sesuai dengan judulnya, serial awal ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari Emily di Paris. Hal yang ia impikan sejak lama. Kendala pertama yang ia alami saat tiba di kantor Paris adalah bahasa. Emily yang belum fasih berbahasa Perancis membuatnya sulit berkomunikasi dengan teman-temannya di kantor.
Emily pun menghadapi berbagai halangan dan rintangan dalam berkenalan juga bekerja di kantornya yang baru. Kerap kali Emily menjadi bahan ejekan teman-temannya di kantor yang menganggapnya aneh dan menyebalkan.
Lalu, sanggupkah Emily menjalani kehidupan barunya selama di Paris? Bagaimana cara Emily untuk merebut hati teman-teman dan bosnya? Lalu apa yang terjadi dengan kisah cinta Emily dan Doug kekasihnya yang terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh?* (PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Tentara Israel Menembak Jurnalis Al-Jazeera
Baca juga: Tentara Israel Menembak Jurnalis Al-Jazeera