Menelusuri Tahura, Taman Hutan di Tengah Kota (Bagian-2)

Wisata —Minggu, 13 Feb 2022 20:14
    Bagikan  
Menelusuri Tahura, Taman Hutan di Tengah Kota (Bagian-2)
TISHA

DEPOSTBALI,- “Ya,” ujar salah satu pemandu yang kami sapa.  Ia pun berdiri.

Kami lalu menjelaskan kalau kami membutuhkan jasanya untuk memandu dan memaparkan kisah Goa Jepang yang terlihat gelap dan suram dimakan zaman.  Kokohnya tebing bebatuan itu menua ditelan waktu.  Kesan misterius begitu melekat.

Perhatian kami teralihkan saat pemandu yang terlihat sudah berumur itu lalu mengungkapkan bahwa biaya pemandu untuk mengelilingi Goa Jepang itu dikenakan tarif senilai Rp30 ribu.  Jika membutuhkan senter, mereka pun menyediakannya seharga Rp5 ribu per senter.  

Melirik sedikit ke dalam goa, suasananya remang-remang.. Rasanya senter memang diperlukan.  Kami pun akhirnya menyewa beberapa buah senter.  Kami lalu bergerak menuju Goa Jepang.  Dingin, angin semilir terasa memasuki lorong goa.

Baca juga: Kenalan dengan Idol Multi Talenta Cha Eun Woo Yu!

Ternyata senter memang jadi barang wajib saat menjelajah goa ini.  Sinar senter dari ponsel ternyata tak cukup terang, dan jangkauan sinarnya pun tak bisa jauh menerangi jalanan yang kami lalui.  Keremangan harus kami lalui.  Suara Sumantri yang merupakan nama dari pemandu yang menemani kami menggema di sepanjang goa.  Dengan sabarnya Sumantri menjawab berbagai pertanyaan kami.

Goa Jepang dulunya dijadikan sebagai salah satu tempat pertahanan dari militer Jepang karena kawasan Pakar dianggap sangat strategis. Seperti kita ketahui, sekitar tahun 1942, Hindia Belanda dengan pemerintahan sipilnya di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang. Indonesia pun saat itu dikuasai Jepang.  Tentara Jepang akhirnya membuat goa untuk dijadikan barak militer dan juga sebagai tempat perlindungan. Di dalam Goa Jepang ini terdapat 18 bunker yang masih dalam kondisi asli, atau masih berbentuk batu. 

“Bunker-bunker yang terdapat di Goa Jepang ini memiliki fungsi yang berbeda. Ada yang difungsikan sebagai tempat pertemuan, gudang, dapur, bahkan ada juga bunker yang difungsikan sebagai tempat penembakan,” papar Sumantri.

Baca juga: Manfaatkan Tinder, Simon Leviev Tipu Korbannya, Tonton “Tinder Swindler”

Dalam pengamatan kami dan mengacu pada penjelasan Sumantri, pembangunan dari Goa Jepang bisa dikatakan belum selesai.  Kami lihat masih banyak bunker-bunker buntu dan tidak terhubung satu sama lainnya.  Goa ini masih dibiarkan seperti aslinya dan belum direnovasi. Goa Jepang memiliki empat pintu dan dua ventilasi udara.  

Kisah kelam soal pembangunan goa ini pun diceritakan Sumantri.  Pembangunan goa ini dilakukan oleh tenaga kerja paksa dari Indonesia yang disebut romusha.  Cerita kelam soal romusha yang disampaikan dari mulut ke mulut, yang menyatakan bahwa para tenaga kerja Indonesia diperlakukan tidak manusiawi. 

Merinding rasanya, mengingat goa ini jadi saksi bisu sejarah perjuangan bangsa Indonesia.  Di tengah goa, terlihat kelelawar beterbangan dan menggantung di beberapa titik lokasi goa.  Hewan yang identik dengan kegelapan.  Kelam dan membuat bulu kuduk merinding.  

Terangnya matahari terlihat, tanda kami sudah melangkah mendekati pintu keluar.* (bersambung) –ZZ / SHA- 

Editor: Zizi
    Bagikan  

Berita Terkait