Warga Sekitar Sungai Citarum Sambut Bahagia Kehadiran Jembatan Simpay Asih

News —Minggu, 22 May 2022 18:39
    Bagikan  
Warga Sekitar Sungai Citarum Sambut Bahagia Kehadiran Jembatan Simpay Asih
Jembatan Gantung Simpay Asih.* (FOTO: Biro Adpim Jabar)


DEPOSTBALI (KAB BANDUNG),- Warga sekitar Sungai Citarum bahagia dengan kehadiran jembatan permanen penghubung dua desa. Jembatan Simpay Asih merupakan solusi atas permasalahan warga selama ini.

Jembatan yang terbuat dari besi sepanjang 70 meter dengan lebar 1,2 meter menghubungkan Desa Resmitinggal, Kecamatan Kertasari dan Desa Sukarame, Kecamatan Pacet. Selama ini jembatan semipermanen yang dibuat warga kerap hancur akibat diterjang air Sungai Citarum yang meluap ketika hujan turun.

Sudah lebih dari lima kali warga swadaya membangun jembatan dengan bahan bambu namun tidak bertahan lama. Panjang bambu yang terbatas membuat kaki - kaki jembatan dibangun di titik yang dangkal. Sedikit saja air meluap, jembatan hancur dengan mudahnya.

"Sudah nggak kehitung, buat lalu rusak diterjang banjir bandang. Sebelumnya juga ada rumah yang hanyut," ujar Acep, warga Desa Sukarame, Selasa (10/05/2022).

Menurut Acep, warga sudah lama mendambakan kehadiran jembatan gantung yang menghubungkan dua desa. Sebagai masyarakat mayoritas petani, jembatan kokoh sangat berguna untuk  membawa hasil panen dan meningkatkan konektivitas wilayah sebagai jalan umum seperti anak sekolah.

"Alhamdulillah,  manfaat banget. Hatur nuhun," katanya.

Iis Komala, warga lainnya mengatakan jika jembatan rusak, warga harus mengambil jalan memutar desa yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Sehingga dengan adanya jembatan permanen, keresahan warga kini sudah hilang.

"Sekarang bolak-balik pakai jembatan, deket tidak capek. Kahartos pisan!" ujarnya.

Baca juga: 20 Mei, Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Jembatan Gantung Simpay Asih

Untuk diketahui, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meresmikan beroperasinya Jembatan Gantung Simpay Asih. Pembangunan jembatan gantung yang memiliki panjang 70 meter dan lebar 1,2 meter itu merupakan hasil kolaborasi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi yang memberikan donasi dana.

 "Jembatan ini memiliki panjang 70 meter, lebar 1,2 meter. Makanya terbatas, tapi motor bisa lewat asal pelan kecuali motor besar," kata Kang Emil. 

Menurut Kepala Perwakilan Buddha Tzu Chi Marlius, pembangunan jembatan tersebut menghabiskan dana sekitar Rp600 juta. Jembatan cukup tinggi, sehingga tidak lagi khawatir akan rusak diterjang luapan Citarum.

Meski kokoh karena terbuat dari rangkaian baja dan lantai lempengan baja, untuk melintasinya wajib mematuhi ketentuan. Seperti tidak boleh bergerombol dengan maksimal lima orang.

"Tahun ini kami menargetkan tiga jembatan gantung, setelah ini akan diresmikan di Pangandaran," ujar Ridwan Kamil.

Jembatan yang menghubungkan Desa Resmitinggal (Kecamatan Kertasari) dan Desa Sukarame (Kecamatan Pacet) tersebut dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

"Yang namanya jembatan gantung itu menyambungkan ekonomi yang tadinya jembatan bambu banyak roboh kesapu air. Dibangun lagi, kesapu air lagi. Sekarang, insyaallah dengan elevasinya lebih tinggi, sehingga potensi air sungainya lebih sedikit. Sehingga ini akan lebih permanen," kata Kang Emil.

Kang Emil pun meminta pemerintah desa setempat untuk mengedukasi dan menyosialisasikan cara merawat jembatan gantung kepada masyarakat. Salah satunya mengenai kapasitas orang melintas dalam satu waktu.

"Diedukasi nyebrangnya jangan terlalu banyak, pelan-pelan berdua, agar infrastrukturnya tidak membahayakan karena memang jembatan gantung ada goyangan-goyangan di tengahnya," ucapnya.

Selain itu, Kang Emil berharap jembatan gantung tersebut dapat menggerakkan sektor pariwisata di desa setempat. Dengan pemandangan yang indah dan memesona, jembatan gantung bisa menjadi destinasi wisata yang menenangkan.

"Bisa lihat, 360 derajat indahnya luar biasa. Ini mahal sekali keindahan yang Allah ciptakan ke tanah di sini tentunya orang-orang kota yang ingin (healing), ingin wisata, menurut saya ini merupakan potensi yang besar tinggal nanti ada (kepala desa) carikan rumah-rumah yang bisa dikonversi rumahnya menjadi tempat wisatawan. Ini pasti akan menjadi tempat favorit," katanya.

Kepada warga setempat, Kang Emil berpesan agar bisa merawat jembatan gantung tersebut dengan sebaik-baiknya.* (Bersumber dari siaran pers / Tisha S Kanilah)

 

Baca juga: Cegah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan

Editor: Zizi
    Bagikan  

Berita Terkait